Kamis, 01 Februari 2018

Kriminalitas Anak, Salah siapa?

Kantor saya bergerak di bidang hukum anak. Kami menyediakan pengacara untuk mendampingi anak-anak yang terlibat kasus hukum. Banyak kasus yang kita tangani mulai dari bullying, pelecehan seksual, curanmor dan kasus terakhir yang membuat bulu kuduk merinding adalah kasus video porno dengan pelaku anak berumur 9 tahun dengan wanita umur 18 tahun dan sebagai pengarah gaya nya adalah ibu nya sendiri! Oh Tuhan ...

Sebagai seorang ibu dengan anak usia abg 17 dan 11 tahun, saya merasakan betul bagaimana perjuangan kami untuk membentuk anak supaya mereka bisa mendapatkan pendidikan terbaik terutama agama sebagai fondasi. Alasan anak-anak yang berbuat kriminal itu hampir sebagian besar berasal dari latar belakang keluarga yang agak kacau. Orang tua yang bercerai, pengasuhan hanya oleh nenek nya yang sudah tua, seorang ibu yang single parent dan akhirnya bekerja di luar kota sementara si anak hanya dititipkan di kerabat.

Tidak bisa dipungkiri, faktor ekonomi hampir dipastikan menjadi alasan utama si anak berbuat kriminal. Si wanita korban video porno itu hanya mendapatkan upah sebesar 300 ribu rupiah saja sementara menurut kabar, sang pembuat video mendapat upah puluhan juta rupiah dari si pemesan video tersebut. Miris ! Kalau sudah urusan perut, orang memang bisa kalap mata. Tetapi, apakah faktor ekonomi menjadi kambing hitam si anak untuk bertindak asusila? semua kembali ke moral masing-masing.

Anak yang tumbuh kembang sendiri tanpa pengawasan orang tua cenderung akan berbuat yang benar menurut pemahaman nya sendiri. Beruntung kalau si anak berada di lingkungan yang bisa membawanya kepada kebaikan. Bagaimana kalau dia tumbuh di lingkungan yang salah? Saya tidak bisa menyalahkan orang tua mengapa bercerai. Masing-masing pasangan mempunyai alasan masing-masing yang hanya tidak bisa dipahami oleh orang lain. Tetapi dengan banyaknya kasus kriminal anak yang dilatar belakangi oleh keluarga broken home, rasanya orang tua memang perlu berfikir lebih bijak untuk kemudian memutuskan apa yang terbaik untuk keluarga mereka.

Setiap kasus kejahatan yang saya dengar dari para pengacara di kantor selalu membuat saya menghela nafas sedih, selalu saya ingat wajah-wajah polos anak-anak dan mereka tidak tahu akan mendapat pendidikan seperti apa mereka nanti, akan berada di lingkungan seperti apa mereka berada, yang mereka tahu adalah ketergantungan hidup mereka kepada orang tua dan lingkungannya. Mereka seperti sebuah kanvas polos yang siap dilukis oleh orang di sekitarnya. Dan mereka tidak pernah mengharapkan kanvas itu dilukis buram ... mereka berharap dilukis warna-warna ceria seperti dunia mereka !

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2012 See, Think, Write All Right Reserved